Lebih Dekat dengan Hari Raya Nyepi Perayaan  Sejarah dan Fakta Menariknya: Intip Jadwal Libur Nasional serta Cuti Bersama

JAKARTA (SURYA24.COM) -Hari Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan di Bali, Indonesia. Hari Nyepi adalah hari raya yang sangat penting bagi umat Hindu, di mana mereka memperingati tahun baru Saka, yang jatuh pada hari ketiga bulan Bali Kesanga. Hari Nyepi dirayakan pada hari yang sama setiap tahun, yang jatuh pada hari pertama bulan Bali Caka, yang biasanya jatuh pada bulan Maret atau April.

Hari Nyepi memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Hindu. Hari ini adalah hari ketika umat Hindu di Bali berpuasa, bermeditasi, dan merenung tentang kehidupan mereka. Pada hari ini, seluruh wilayah Bali akan mati lampu dan penduduk Bali akan menghentikan semua kegiatan, termasuk bekerja, bermain, dan bahkan berbicara. Bahkan lalu lintas kendaraan pun dihentikan selama 24 jam. Tujuannya adalah untuk membuang segala kegiatan negatif dan membersihkan diri dari segala dosa agar di masa depan mereka bisa hidup dengan lebih baik.

 

Selama hari Nyepi, Bali menjadi sangat sepi dan tenang. Ini memberikan kesempatan bagi penduduk Bali untuk merenungkan kehidupan mereka dan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan. Hari ini juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi dan merenungkan kehidupan kita sendiri.

 

Selain puasa dan meditasi, umat Hindu di Bali juga melakukan berbagai ritual selama hari Nyepi. Ritual yang paling terkenal adalah Ogoh-ogoh, yaitu patung raksasa yang terbuat dari bambu, kertas, dan kain yang digunakan untuk mengusir roh jahat. Patung ini kemudian diarak keliling desa sebelum akhirnya dibakar di malam hari.

 

Memang, Pulau Bali yang sudah mendunia memang tidak pernah sepi pengunjung. Namun, ada satu hari spesial dimana Pulau Bali benar-benar sepi, masyarakat tidak keluar rumah dan tidak beraktivitas seperti biasa. Hari spesial itu adalah Hari Raya Nyepi yang merupakan hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka.

Sejarah Hari Raya Nyepi

 

Sejarah Hari Raya Nyepi di Bali dimulai dari penciptaan alam semesta sampai penyebaran agama Hindu oleh bangsa India yang mengajarkan toleransi beragama. Bagaimana sejarah Hari Raya Nyepi di Bali? Apa tujuan dan maknanya? Simak artikel ini untuk mendapatkan jawabannya!

Sejarah Hari Raya Nyepi di Bali

 

Dikutip dari detik.com, makalah berjudul Mengenai Hari Raya Nyepi yang ditulis Ni Nengah Cahya Prita Sari, menurut kepercayaan agama Hindu, alam semesta ini dulunya kosong dan gelap gulita, sama sekali tidak ada isinya. Sampai akhirnya terciptalah sebutir telur dalam Hiranyagarbha sakti yang merupakan benih pertama dari segala alam semesta yang disebut juga Mahadivya.

 

Telur tersebut memancarkan cahaya Brahman yang abadi, kekal dan tak terdefinisikan keindahannya. Dari telur cahaya Brahman ini terlahir Pitamaha, dan cahaya Sambhu sebagai personifikasi matahari. Setelah itu, barulah Brahman menciptakan surga, angkasa, planet-planet, bulan, air, udara, bumi, musim, tahun, bulan (sasih), tilem dan purnama, siang dan malam, dan segala-galanya. Hanya satu yang belum tercipta, yaitu manusia.

 

Sambhu menerima perintah dari Brahman untuk menciptakan manusia pertama untuk mengajarkan ajaran suci Veda-Desa. Akhirnya terciptalah manusia pertama yang bernama Swayambu Manu. Kemudian, Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan yang disebut Manawa.

 

Sesuai perintah Sambhu, Manu mengajarkan wahyu kitab Veda-Desa, yaitu undang-undang agar alam semesta ini dapat dilestarikan di kala yuga mendatang. Yuga sendiri adalah siklus perkembangan zaman yang terjadi di bumi, yang terdiri dari Kerta Yuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga. Pada yuga yang terakhir atau Kaliyuga (zaman kegelapan) segala sesuatu yang ada di bumi dipercaya akan musnah.

 

Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia mengalami kezaliman, kemusnahan dan kehilangan moral (adharma). Kemudian, untuk menghindari hal tersebut, Hyang Widhi turun ke bumi dalam wujud Sri Krishna (1000 SM), Mahavira dan Sidharta Gautama (abad ke-6 SM), dan Aji Saka (78 M).

 

Abad I masehi adalah zaman keemasan bagi umat Hindu. Di India, zaman gemilang ini ditandai dengan lahirnya Kanishka I dari keturunan dinasti Kushana, masyhur karena sikap toleransinya. Kabar kebangkitan ini menyebar sampai ke Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Tenggara, sampai Indonesia.

 

Demikianlah, seorang bergelar Aji Saka melakukan perjalanan ke Indonesia dan menyebarkan kebangkitan dan toleransi tersebut. Beliau adalah keturunan bangsa Saka dari Kshatrapa Gujarat, dan tiba di Indonesia pada 456 Masehi. Antusiasme penduduk terhadap toleransi beragama tercermin dalam ungkapan Mpu Tantular, yaitu "Bhineka Tunggal Ika Tan Ana Dharma Mangrwa".

 

Kebiasaan toleransi pun semakin berkembang sampai sekarang dan selaras dengan sikap masyarakat Indonesia. Dari sinilah sejarah Hari Raya Nyepi di Bali akhirnya ditetapkan pada hari 1 tanggal 1 bulan 1 tahun 1 Saka yang jatuh pada tahun 78 Masehi.

Makna Hari Raya Nyepi

 

Pada dasarnya, perayaan Nyepi adalah cara untuk merenungkan perbuatan dan perilaku yang telah diperbuat selama setahun, terutama perilaku buruk. Suasana perayaan Nyepi yang benar-benar sepi merupakan momen terbaik untuk mengendalikan diri, menahan hawa nafsu dan menumbuhkan kesucian dalam hati.

 

Merayakan Nyepi sekaligus melepas sifat serakah dalam diri manusia dan mengajarkan untuk memberi dengan tulus dan ikhlas. Setelah menjalankan perayaan Nyepi, umat Hindu menyambut tahun baru saka dengan jiwa yang damai, dan sudah memaafkan kesalahan diri sendiri maupun orang lain.

Tujuan Hari Raya Nyepi

 

Masih dilansir dari sumber yang sama, tujuan Hari Raya Nyepi dapat dilihat dari dua aspek, antara lain:

1. Aspek Sosial Budaya

 

Cara agar masyarakat terutama umat Hindu berintegrasi dengan bersama-sama mengiring Ida Betara dari awal sampai ke Bale Agung. Kemudian, untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama.

2. Aspek Religius

 

Sebaga proses penyucian diri untuk mewujudkan kesejahtraan dan kebahagiaan lahir batin (jagadhita dan moksa), sehingga akan terbina kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), siwam (kesucian), sundaram (keharmonisan).

Upacara Hari Raya Nyepi

 

Dikutip makalah berjudul Nilai Sosiologis dari Perayaan Ogoh-ogoh di Hari Raya Nyepi yang ditulis Mar'ie Aabda'uzal, beberapa rangkaian upacara saat Hari Raya Nyepi antara lain:

1. Upacara Melasti

 

Dua atau tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti untuk menyucikan diri. Pada upacara ini, seluruh perlengkapan sembahyang di arak ke tempat yang mengandung air seperti laut, danau, atau sungai, karena tempat-tempat tersebut adalah sumber air yang dianggap suci (tirta amerta).

2. Upacara Bhuta Yajna

 

Sehari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Bhuta Yajna yang berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara membuat patung besar yang menggambarkan buta kala (raksasa). Patung besar ini disebut ogoh-ogoh yang diarak ramai-ramai oleh masyarakat. Perayaan ogoh-ogoh dimulai dari jam 6 sore sampai 12 malam.

 

Perayaan ini dilakukan di seluruh wilayah di Bali, biasanya di alun-alun, pekarangan, atau perempatan jalan. Puncak acara ini adalah pembakaran ogoh-ogoh yang bermakna memusnahkan roh jahat.

3. Upacara Ngembak Geni

 

Berbeda dengan upacara Melasti dan Bhuta Yajna yang dilaksanakan sebelum Nyepi, upacara Ngembak Geni dilakukan sehari setelah Hari Raya Nyepi. Upacara ini adalah tahap terakhir yang ditandai dengan diperbolehkan beraktivitas normal. Caranya dengan berkunjung ke rumah kerabat atau orang terdekat, kemudian saling bermaafan.

 

Pada rangkaian upacara Hari Raya Nyepi, salah satu daya tarik utamanya adalah perayaan ogoh-ogoh. Pada perayaan ini, seluruh masyarakat dipersilahkan untuk menonton, bukan hanya umat Hindu saja. Maka dari itu, biasanya perayaan ogoh-ogoh akan dipenuhi oleh banyak orang.

 

Beberapa keunikan perayaan ogoh-ogoh seperti yang dikutip dalam jurnal berjudul Tradisi Upacara Ogoh-ogoh yang ditulis Mohammad Syamsudin Alfattah antara lain:

1. Makna Ogoh-ogoh

 

Kata "ogoh-ogoh" berasal dari bahasa Bali yang artinya patung bambu raksasa. Ogoh-ogoh adalah perwujudan dari roh jahat atau buta kala. Buta kala sendiri adalah sifat negatif yang dimiliki oleh setiap manusia. Sifat jahat ini tergambarkan dari bentuk ogoh-ogoh yang besar dan menyeramkan.

2. Pembuatan Ogoh-ogoh

 

Ogoh-ogoh terbuat dari bahan sederhana seperti kertas, styrofoam, karet, atau bahan lain yang ringan. Jika dilihat dari bentuknya yang menakjubkan, pembuatan ogoh-ogoh memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, tergantung dari kerumitan desainnya. Desain ogoh-ogoh yang rumit ini sekaligus mencerminkan keahlian seni yang dimiliki masyarakat Bali.

3. Asal Mula Ogoh-ogoh

 

Sejarah munculnya ogoh-ogoh sebenarnya masih simpang siur, namun ada yang mengatakan bahwa awalnya ogoh-ogoh merupakan patung yang berfungsi untuk mengusir burung yang memakan hasil tani. Ada juga yang berpendapat bahwa pada awalnya ogoh-ogoh merupakan tradisi ngelawang pada kesenian ndong-nding yang ada di daerah Karangasem dan Gianyar.

4. Biaya Pembuatan Ogoh-ogoh

 

Biaya pembuatan ogoh-ogoh biasanya tidak sedikit, tergantung dari kerumitan bahan dan desainnya. Bahkan ada ogoh-ogoh yang menghabiskan biaya sampai puluhan juta. Namun, agama Hindu sendiri menganut sistem desa kala patra, yaitu nek coro kene yo dede mowo toto deso mowo adat. Artinya, kalau memang mampu dilaksanakan di tempat itu silahkan, kalau tidak dengan berbagai alasan juga tidak apa-apa.

 

Itulah informasi mengenai sejarah Hari Raya Nyepi di Bali. Hari Raya Nyepi merupakan hari penting bagi umat Hindu. Sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya kita semua ikut toleransi dan menghargai perayaan Nyepi. Semoga informasi ini bermanfaat, ya?

Libur Nasional

 

Momen perayaan Hari Raya Nyepi pun menjadi salah satu momentum hari libur nasional 2023. Hal tersebut selayaknya yang tercantum pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Agama, Ketenagakerjaan, dan PANRB.

 

Selain peringatan Hari Raya Nyepi, terdapat sederet momen lainnya yang secara resmi ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional 2023 atau tanggal merah. Berikut ulasan selengkapnya.

 

Tanggal Merah Jadwal Libur Nasional

 

Pada tahun 2023, SKB 3 Menteri tersebut berhasil mencatat sejumlah poin penting mengenai libur nasional dan cuti bersama. Setidaknya, ditetapkan terdapat 16 hari tanggal merah atau libur nasional dan 8 hari cuti bersama.

 

Adapun daftar dari jadwal libur nasional yang ditetapkan dalam SKB 3 Menteri tersebut seperti dilansir merdeka.comyakni sebagai berikut.

 

1 Januari 2023 - Minggu - Tahun Baru 2023

22 Januari 2023 - Minggu - Tahun Baru Imlek

18 Februari 2023 - Sabtu - Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW

22 Maret 2023 - Rabu - Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945

7 April 2023 - Jumat - Wafat Isa Al Masih

22 & 23 April - Sabtu dan Minggu - Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah

1 Mei 2023 - Senin - Hari Buruh Internasional

18 Mei 2023 - Kamis - Kenaikan Isa Al Masih

1 Juni 2023 - Kamis - Hari Lahir Pancasila

4 Juni 2023 - Minggu - Hari Raya Waisak 2567 BE

29 Juni 2023 - Kamis - Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah

19 Juli 2023 - Rabu - Tahun Baru Islam 1445 Hijriah

17 Agustus 2023 - Kamis - Hari Kemerdekaan Republik Indonesia

28 September 2023 - Kamis - Maulid Nabi Muhammad SAW

25 Desember 2023 - Senin - Hari Raya Natal

Tanggal Merah Jadwal Cuti Bersama

 

Sementara itu, jadwal cuti bersama tahun 2023 juga turut diresmikan dalam SKB 3 Menteri. Cuti bersama tersebut sama halnya dengan libur tanggal merah dalam kurun waktu satu tahun.

 

Adapun daftar dari jadwal cuti bersama tahun 2023 tersebut yakni sebagai berikut.

 

23 Januari 2023 - Senin - Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili

23 Maret 2023 - Kamis - Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1945

21, 24, 25 dan 26 April 2023 - Jumat, Senin, Selasa, dan Rabu - Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah

2 Juni 2023 - Jumat - Hari Raya Waisak

26 Desember 2023 - Selasa - Hari Raya Natal.